Minggu, 26 Mei 2019

Yuk Ikutan Training di Joeragan Artikel, Inilah 5 Manfaat yang Diperoleh



Hai sobat !
Apakah kamu ingin menulis artikel? Selama ini kita ingin menulis artikel tetapi merasa sulit untuk menulisnya. Hal ini karena kita tidak tau caranya menulis dan mau dikirim ke mana tulisan kita. Lalu bagaimana solusinya? Dengan mengikuti Joeragan artikel tentunya. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Joeragan Artikel, banyak manfaat yang bisa kita peroleh diantaranya.

1.    Dibimbing dalam pembuatan artikel.
Disini kita diberi materi tentang pembuatan artikel. Selanjutnya praktek langsung membuat artikel yang dikoreksi oleh pembimbing untuk menjadi artikel yang baik.

2.    Dikenalkan dengan media online berbayar
Tidak hanya membuat artikel saja sobat, kita juga bisa mengikuti kelas Jebol Media. Di kelas ini, kita dikenalkan ciri khas dari media online berbayar dan trik-trik untuk menjebol media tersebut, salah satunya takaitu.id.

3.    Dibimbing untuk mengirimkan artikel yang kita buat di media
Setelah artikel kita layak dan dikoreksi, kita dibimbing untuk membuat akun di media tersebut dan selanjutkan diajari cara mengirimkan karya kita ke media tersebut. Tentunya artikel yang kita kirim dan dimuat, akan mendapatkan kompensasi. Sungguh menarik kan sobat?

4.    Mendapatkan pengalaman membuat artikel.
Setelah melalui proses pembimbingan dan mengirim karya kita ke media tersebut, kita jadi tahu cara penulisan dan pengiriman karya kita. Itu sungguh pengalaman yang berharga. Intinya semakin sering berlatih maka akan semakin mahir dalam membuat artikel. Dan tentunya semakin banyak artikel kita yang dimuat.

5.    Mengenal teman dari berbagai daerah.
Ikut kelas menulis di Joeragan artikel, peserta akan dikelompokkan dalam grup  facebook atau whatsapp. Jadi bisa mengenal teman dari baerbagai daerah. Tentunya kita bisa saling bertukar pengaman dengan teman tentang berbagai hal terutama menulis.

Jadi tidak akan rugi kan sobat jika ikut training di Joeragan Artikel? Kita jadi tahu cara membuat artikel, praktek langsung membuat artikel dan dikirim langsung ke media  yang dituju. Disamping itu, kita juga akan mendapatkan keuntungan yang lain yaitu fee dari artikel kita yang dimuat.

(Diannita, 25/5/2019)

Minggu, 09 Februari 2014

DAMPAK GADGET CANGGIH BAGI PERKEMBANGAN BELAJAR ANAK

Anak-anak zaman sekarang kalau diberi tugas atau PR pasti ada saja alasannya. Berbeda saat mereka di suruh lihat TV atau main game, pasti semangat sekali. Fenomena tersebut jelas sangat menyusahkan guru yang mengajarnya, apalagi jika orang tua tidak memiliki kesadaran akan pendidikan anaknya. Orang tua merasa anaknya dah sekolah saja sudah cukup, mereka kurang memantau aktivitas anak di rumah, lebih parahnya lagi anak-anak dianeka fasilitas yang semakin membuat anak malas mengerjakan PR, seperti dibelikan gadjet berupa tablet maupun HP yang canggih. Sudah bisa dipastikan anak tambah ogah belajar apalagi mengerjakan PR.

Sebenernya maksud orang tua membelikan aneka gadget baik, agar anaknya tidak ketinggalan zaman dan tidak kalah dengan teman-teman lainnya, tapi orang tua juga harus berpikir dua atau bahkan 10 kali untuk membelikannya. Mereka harus berpikir ulang, apa dampak hal tersebut bagi belajar anak. Kalau dirasa gadget tersebut tidak begitu penting, ya tidak harus dibelikan. Malah-malah ntar anak yang dulunya rajin dan pintar terus dibelikan tablet misalnya, akhirnya keasyikan sama game yang ada di tablet, hal itu berdampak pada tingkat kemalasan anak dalam mengerjakan PR.

Contoh riil ada anak didik saya saat kelas 3 merupakan anak yang cerdas, menurut aku sangat cerdas terutama dalam hal matematika ( bisa hafal sampe perkalian 30, aku saja yang ngetes sampe menghitung manual, eh dia lancar pake awangan). Tapi sewaktu kelas  4 saya dibuat kaget, kenapa? Anak tersebut prestasinya sungguh jeblok dan tingkat konsentrasi terhadap pelajaran sangat minim. Selidik punya selidik ternyata anak tersebut sudah kecanduan sama game online. Memang sih anak tersebut kurang pengawasan dari orangtuanya karena dia tinggal dengan kakek dan neneknya. Di sekolahan dia pikirannya g fokus kayak orang linglung, dan soal matematika yang harusnya dia bisa mengerjakan eh dikerjakan sebisanya seperti tidak ada semangat sama sekali. Sungguh sangat disayangkan anak sepintar dia harus kena virus game online dan anak tersebut sungguh sulit dinasehati, aku sampe menyerah.

Sabtu, 08 Februari 2014

MENATA KEMBALI NIAT KITA MENJADI GURU


Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan. Sejak awal kita kuliah di fakultas keguruan dan dapat gelar S.Pd kita sudah berniat untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru tidaklah semudah yang dibayangkan, tinggal mengajar dan dapat bayaran besar, itu mungkin salah satu pikiran kita saat mau daftar di fakultas keguruan. Mungkin saja itu juga permintaan dari orang tua kita.

Apapun itu, kita sekarang sudah menjadi seorang guru, entah itu guru honorer maupun sudah PNS. Walaupun perbedaan gajinya bagaikan bumi dan langit, yang penting niat kita ikhlas ingin mengabdikan hidup kita bagi dunia pendidikan. Yakinlah Allah Maha Mengetahui  apa yang kita kerjakan dan tidak ada hal kebaikan yang akan sia-sia. Insya Allah itu akan jadi amal jariyah bagi kita yang pahalanya terus mengalir. Karena sejak awal jalan itu yang kita pilih, jangan pernah menyesal untuk menjadi seorang guru, karena guru adalah pekerjaan yang mulia.

Saya sangat memaklumi ada sebagian besar guru honorer yang mengeluh gajinya kecil, tidak cukup menghidupi keluarga padahal pengabdiannya sudah bertahun-tahun. Saya sendiri juga pernah merasakan hal itu, karena saya sendiri juga guru honorer yang tidak mendapatkan tunjangan apapun kecuali gaji dari sekolahan. Tapi semuanya kembali pada niat kita awal. Kita menjadi guru karena ingin memperoleh hidup yang layak apa ingin mengabdikan ilmu kita.

Dosen saya pernah berkata ” kalau ingin kaya jangan jadi guru tapi jadilah pengusaha”. Dari kata-kata beliau dapat diambil hikmah bahwa  menjadi guru harus disertai niat ikhlas tanpa pamrih dan bukan ajang untuk cari kekayaan ataupun cari gengsi dimasyarakat. Bukannya saya munafik tidak butuh uang, tidak sama sekali.

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

“Wah, menjadi guru sekarang repot  ya?” Kata Guru 1
“Repot  bagaimana Bu?” Kata Guru 2
“Banyak sekali tugas-tugas yang harus dikerjakan, mulai membuat RPP, KKM, Silabus dan sebagainya. Itupun setiap tahun ajaran harus ganti.“ Kata Guru 1
“ Benar Bu, padahal dulu tidak serepot seperti sekarang ini.” Kata Guru 2
“ Iya, terus sekarang bagaimana bisa fokus mengajarnya kalau kita setiap hari selalu disibukkan membuat perlengkapan mengajar.” Kata Guru 1
“iya Bu, belum lagi sekarang guru diharuskan lulusan S1.” Kata Guru 2

Dialog di atas adalah sebagian kecil dari keluhan-keluhan guru terhadap kewajiban-kewajiban yang dibebankan guru terkait dengan usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru. Keluhan tersebut muncul karena guru belum siap atau belum dipersiapkan untuk menjadi guru profesional. Guru belum memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya profesionalisme guru.

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang profesionalisme guru, perlu kita ketahui dulu apa arti dari Guru Profesional itu. Guru Profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Guru profesional senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkan kemampuan secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya. Sedangkan Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Guru yang profesional menjadi harapan kita semua, karena dengan adanya peningkatan kemampuan guru sehingga menjadi guru yang profesional diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan. Peserta didik perlu dididik dan dibina oleh guru-guru yang profesional sehingga kualitas/mutu yang dihasilkan akan lebih maksimal.

Guru profesional hendaknya memiliki empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Kitapun tentunya ingin menjadi guru profesional, akan tetapi banyak kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi guru yang profesional. Adapun kriteria-kriteria tersebut diantaranya;

Senin, 01 Juli 2013

Buka blog lagi,,,,,,,,,,,

Akhirnya bisa buka blog lagi setelah sekian lama,,,,,,
saatnya mulai menulis,,,,,
semangaatttt,,,,,!!!!!!!!!!!
Oya ini alamat blog saya yg lama. Krn email hangus jadi ya ditutup.
https://ratnadewi87.wordpress.com